Membeli rumah merupakan impian banyak orang. Namun, harga properti yang terus meningkat membuat sebagian besar masyarakat sulit membeli rumah secara tunai. Solusi yang paling banyak dipilih adalah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Meski begitu, tidak semua pengajuan KPR bisa langsung disetujui bank. Banyak calon pembeli yang mengalami penolakan karena dokumen tidak lengkap, riwayat kredit bermasalah, atau penghasilan dianggap tidak mencukupi.
Untuk itu, penting memahami bagaimana cara mengajukan KPR agar peluang disetujui bank semakin besar. Artikel ini akan memberikan panduan lengkap mulai dari persiapan, proses pengajuan, hingga tips agar KPR Anda lebih mudah diterima.
Cara Mengajukan KPR Rumah Agar Cepat Disetujui Bank
Mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Proses ini membutuhkan persiapan matang agar peluang disetujui bank semakin besar.
Banyak orang mengalami penolakan hanya karena dokumen kurang lengkap, rasio hutang terlalu tinggi, atau memilih proyek yang tidak jelas legalitasnya. Dengan strategi yang tepat, Anda bisa meningkatkan kemungkinan pengajuan KPR langsung di ACC bank.
1. Pilih Developer terpercaya
Reputasi pengembang sangat menentukan karena bank cenderung lebih mudah memberikan KPR untuk proyek dari developer yang kredibilitasnya sudah teruji. Developer yang memiliki rekam jejak baik biasanya menyediakan proyek dengan legalitas jelas, sertifikat lengkap, serta sudah menjalin kerja sama dengan berbagai bank.
Untuk memastikan kredibilitas, Anda bisa mengecek proyek-proyek yang pernah dikerjakan sebelumnya, membaca ulasan konsumen, dan memastikan semua perizinan sudah sesuai.
2. Lengkapi Dokumen yang Perlukan
Selain itu, kelengkapan dokumen menjadi syarat mutlak dalam pengajuan KPR. Bank akan melakukan verifikasi menyeluruh terhadap dokumen pribadi dan finansial Anda. Dokumen yang biasanya diminta meliputi
- KTP
- NPWP
- Slip gaji atau laporan penghasilan,
- Rekening koran tiga hingga enam bulan terakhir
- surat keterangan kerja, serta buku nikah bagi yang sudah menikah.
Jika Anda seorang wiraswasta atau pengusaha, tambahan dokumen seperti laporan keuangan usaha dan bukti penghasilan lain juga akan diperlukan. Proses analisis bank sangat bergantung pada dokumen ini, sehingga kelalaian sekecil apa pun bisa berakibat pada penolakan.
3. Lengkapi Syarat Pengajuan
Persyaratan umum lain yang harus dipenuhi juga tidak kalah penting. Bank umumnya menetapkan usia minimal 21 tahun dengan batas maksimal 55–60 tahun ketika kredit berakhir. Status pekerjaan atau usaha yang stabil juga menjadi pertimbangan utama, di samping penghasilan bulanan yang cukup untuk menanggung cicilan. Jika ada syarat yang belum terpenuhi, sebaiknya lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pihak bank agar bisa mencari solusi alternatif sebelum pengajuan resmi dilakukan.
4. Pilih Tipe Rumah Sesuai Gaji
Pemilihan rumah juga harus realistis sesuai dengan penghasilan. Bank biasanya menerapkan aturan bahwa cicilan KPR tidak boleh melebihi 30–40 persen dari pendapatan bulanan. Misalnya, dengan penghasilan Rp10 juta, maka cicilan ideal berada di kisaran Rp3–4 juta per bulan. Perhitungan ini dimaksudkan agar kondisi keuangan tetap sehat dan tidak terganggu oleh beban cicilan berlebihan. Selain cicilan pokok, jangan lupakan biaya tambahan seperti asuransi, pajak, maupun biaya perawatan rumah.
5. Siapkan Down Payment (DP)
Di samping itu, uang muka atau down payment (DP) juga sangat menentukan. Rata-rata bank mensyaratkan DP sebesar 10–30 persen dari harga rumah. Menyiapkan DP yang lebih besar bukan hanya memperbesar peluang disetujui, tetapi juga meringankan cicilan bulanan yang harus ditanggung. Mulailah menyisihkan penghasilan secara disiplin atau mencari tambahan pendapatan agar tabungan DP bisa lebih cepat terkumpul.
6. Lunasi Kredit (Bila Ada)
Hal lain yang sering diabaikan calon debitur adalah kewajiban kredit yang sedang berjalan. Bank akan melihat rasio hutang terhadap penghasilan atau debt-to-income ratio sebelum memutuskan persetujuan. Jika Anda masih memiliki cicilan kendaraan, kartu kredit, atau pinjaman pribadi yang cukup besar, peluang KPR disetujui bisa menurun. Idealnya, lunasi atau setidaknya kurangi jumlah cicilan tersebut sebelum mengajukan KPR. Rasio hutang yang rendah akan menunjukkan kemampuan bayar yang lebih sehat sehingga bank lebih percaya untuk memberikan pinjaman jangka panjang.
Pada akhirnya, kunci utama agar KPR cepat disetujui bank adalah persiapan yang matang. Pilih developer yang kredibel, lengkapi semua dokumen, pastikan persyaratan dasar terpenuhi, pilih rumah sesuai kemampuan finansial, siapkan DP memadai, dan kelola hutang dengan bijak. Jika semua langkah ini dijalankan, peluang pengajuan KPR Anda diterima bank akan jauh lebih besar, sekaligus memastikan perjalanan memiliki rumah idaman bisa berjalan lebih lancar.
Penyebab KPR Ditolak oleh Bank
Banyak orang yang bermimpi memiliki rumah sendiri melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sayangnya, tidak semua pengajuan KPR langsung disetujui oleh bank. Ada berbagai faktor yang bisa membuat pengajuan ditolak, mulai dari masalah administrasi hingga kondisi finansial calon debitur yang dianggap berisiko. Mengetahui penyebab KPR ditolak menjadi langkah penting agar Anda bisa lebih siap sebelum mengajukan kredit rumah.
1. Dokumen Tidak Lengkap
Salah satu alasan paling umum pengajuan KPR ditolak adalah dokumen yang tidak lengkap. Bank membutuhkan dokumen resmi seperti KTP, NPWP, slip gaji, rekening koran, hingga surat keterangan kerja. Jika ada dokumen yang kurang, tidak jelas, atau data tidak sesuai, bank akan menilai calon debitur kurang layak. Karena itu, pastikan semua dokumen Anda lengkap dan valid sebelum mengajukan KPR.
2. Riwayat Kredit Buruk
Bank selalu menilai rekam jejak finansial calon debitur melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK. Jika Anda pernah menunggak cicilan kartu kredit, kredit kendaraan, atau pinjaman lain, hal ini bisa memengaruhi penilaian bank. Riwayat kredit yang buruk membuat bank ragu memberikan pinjaman karena dianggap berisiko gagal bayar. Menjaga catatan kredit tetap bersih adalah kunci penting sebelum mengajukan KPR.
3. Penghasilan Tidak Memadai
Bank umumnya menetapkan aturan bahwa cicilan KPR tidak boleh lebih dari 30–40% dari total penghasilan bulanan. Jika penghasilan Anda dianggap tidak mencukupi untuk menutupi cicilan yang diajukan, maka pengajuan bisa langsung ditolak. Untuk itu, pilihlah rumah yang sesuai dengan kemampuan finansial agar cicilan tetap aman dan pengajuan lebih mudah disetujui.
4. Usia Tidak Memenuhi Syarat
Kebijakan bank biasanya menetapkan batas usia minimal 21 tahun dan maksimal 55–60 tahun saat masa kredit berakhir. Jika Anda masih terlalu muda atau terlalu tua menurut standar bank, pengajuan KPR berisiko ditolak. Hal ini berkaitan dengan jaminan kemampuan membayar cicilan dalam jangka panjang.
5. Rasio Hutang Terlalu Tinggi
Bank tidak hanya melihat penghasilan, tapi juga membandingkannya dengan total hutang yang sedang Anda miliki (debt to income ratio). Jika cicilan lain, seperti kredit kendaraan atau pinjaman pribadi, sudah cukup besar, maka bank akan menilai Anda tidak sanggup menambah cicilan baru. Menyelesaikan atau mengurangi beban hutang terlebih dahulu bisa menjadi solusi sebelum mengajukan KPR.
6. Status Pekerjaan Tidak Stabil
Bank lebih percaya memberikan KPR kepada calon debitur dengan pekerjaan tetap atau usaha yang stabil. Jika status kerja Anda masih kontrak jangka pendek atau usaha belum memiliki legalitas dan laporan keuangan yang jelas, bank cenderung menolak pengajuan. Stabilitas pekerjaan atau usaha menjadi jaminan bagi bank bahwa Anda sanggup melunasi kewajiban hingga tenor berakhir.
7. Masalah pada Objek Properti
Selain menilai calon debitur, bank juga memeriksa legalitas properti yang akan dibiayai. Jika rumah atau tanah yang Anda pilih bermasalah, seperti tidak memiliki sertifikat sah, masih dalam sengketa, atau tidak sesuai aturan tata ruang, maka pengajuan KPR bisa otomatis ditolak. Karena itu, memilih rumah dari developer terpercaya atau memastikan dokumen properti lengkap adalah hal yang penting.